src="https://www.facebook.com/tr?id=622205649718480&ev=PageView&noscript=1"
Apa Itu UMKM ?

Apa Itu UMKM ?

Pengertian UMKM

UMKM atau singkatan dari Usaha Mikro Kecil Menengah adalah usaha produktif yang dimiliki perseorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. Secara lebih jelas, pengertian UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa UMKM adalah sesuai dengan jenis usahanya yakni usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah.

Biasanya, penggolongan UMKM dilakukan dengan batasan omset per tahun, jumlah kekayaan atau aset, serta jumlah karyawan. Sedangkan usaha yang tak masuk sebagai UMKM dikategorikan sebagai usaha besar. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah. Usaha besar meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Kriteria UMKM

Terdapat beberapa kriteria-kriteria tertentu supaya sebuah usaha dapat dikatakan sebagai UMKM. Hal ini penitng digunakan untuk pengurusan surat izin usaha ke depannya sekaligus menentukan besaran pajak yang akan dibebankan kepada pemilik UMKM.

1. Usaha Mikro

Usaha mikro dalam UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang dimiliki perseorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro. Sebuah usaha bisa dikatakan sebagai usaha mikro UMKM adalah bila memiliki keuntungan dari usahanya sebesar Rp 300 juta, dan memiliki aset atau kekayaan bersih minimal sebanyak Rp 50 juta (di luar aset tanah dan bangunan). Terkadang, keuangan usaha mikro masih tercampur dengan keuangan pribadi pemiliknya. Contoh UMKM mikro adalah pedagang kecil di pasar, usaha pangkas rambut, pedangan asongan, dan sebagainya.

2. Usaha Kecil

Usaha kecil UMKM adalah suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau berdiri sendiri baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan sebagai badan usaha cabang dari perusahaan utama. Dikuasai dan dimiliki serta menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah.

Usaha yang masuk kriteria usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih Rp 50 juta hingga Rp 500 juta. Lalu penjualan per tahun berkisar dari angka Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 miliar. Pengelolaan keuangan usaha kecil juga sudah lebih profesional ketimbang usaha mikro. Contoh UMKM kecil adalah usaha binatu, restoran kecil, bengkel motor, katering, usaha fotocopy, dan sebagainya.

3. Usaha Menengah

Usaha menengah adalah usaha dalam ekonomi produktif dan bukan merupakan cabang atau anak usaha dari perusahaan pusat. Serta menjadi bagian secara langsung maupun tak langsung terhadap usaha kecil atau usaha besar dengan total kekayan bersihnya sesuai yang sudah diatur dengan peraturan perundang-undangan. Kriteria kekayaan bersih dari usaha menengah sudah di atas Rp 500 juta hingga Rp 10 miliar (tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha). Kemudian hasil penjualan per tahunnya mencapai Rp 2,5 miliar sampai Rp 50 miliar. Selain pengelolaan keuangan yang sudah terpisah, usaha menengah juga sudah memiliki legalitas. Contoh UMKM menengah adalah perusahaan pembuat roti skala rumahan, restoran besar, hingga toko bangunan.

Ciri-Ciri UMKM

1. Jenis komoditi/ barang yang ada pada usahanya tidak tetap, atau bisa berganti sewaktu-waktu

2. Tempat menjalankan usahanya bisa berpindah sewaktu-waktu

3. Usahanya belum menerapkan administrasi, bahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha masih disatukan

4. Biasanya pelaku UMKM belum memiliki akses perbankan, namun sebagian telah memiliki akses ke lembaga keuangan non bank

5. Pada umumnya belum punya surat ijin usaha atau legalitas, termasuk NPWP

Tips Memilih Bisnis Franchise

Tips Memilih Bisnis Franchise

1. Pilih Bidang Franchise yang Kamu Sukai

Sebelum memilih bidang franchise, sebaiknya kenali dulu minat diri sendiri agar tau hal yang kamu sukai. Selain itu, kamu juga bisa memilih bidang franchise sesuai keahlianmu. Misalnya, kamu suka jalan-jalan dan makan kue. Nah, kamu bisa pilih toko kue franchise favorit yang belum ada di daerahmu. Dengan begitu, kamu gak akan kesulitan bahkan kamu akan sangat senang untuk mengembangkan bisnis karena apa yang akan kamu kerjakan sudah selaras dengan minatmu. Tetapi hal tersebut dapat dikesampingkan, karena banyak franchisor yang memeberikan pelatihan dalam menjalankan bisnis franchisenya.

2. Pilih Produk atau Jasa yang Dibutuhkan Banyak Konsumen

Membuka usaha tidak cukup hanya dibekali modal uang. Kamu juga harus punya bekal pengetahuan seputar kebutuhan pasar agar lebih mudah menentukan bisnis franchise yang mau kamu ambil. Ada beberapa bidang usaha menjanjikan. Pertama, kamu bisa mengambil franchise yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat mendesak, seperti swalayan atau minimarket, bengkel, atau apotek. Kedua, kamu juga bisa melirik franchise yang bidang usahanya memiliki peluang untuk dipertimbangkan, walau banyak sekali saingannya seperti toko baju, makanan, dan minuman yang ramai dikunjungi.

3. Pilih Franchise yang Diminati Banyak Orang

Apakah kamu pernah rela antre panjang demi segelas milk tea dengan boba yang sedang hits di banyak negara? Atau kamu sering pesan makaroni pedas lewat aplikasi transportasi online? Nah, produk-produk seperti ini produk yang sedang trending di kalangan masyarakat bisa kamu pertimbangkan untuk kamu beli franchise-nya. Namun, jangan asal memilih produk ya. Kamu juga harus tau seberapa besar keinginan konsumen pada barang itu dan pastikan produk tersebut memiliki peluang yang besar dalam jangka waktu yang lama.

4. Jangan Mudah Percaya Cerita Sukses Orang

Pada situs resmi dan berbagai materi promosi franchise incaranmu, cerita sukses pasti ditonjolkan. Tapi, jangan telan mentah-mentah cerita suksesnya saja ya. Karena di balik itu, pasti ada perjuangan penuh tantangan yang mereka lalui. Pertimbangkan matang-matang segala macam aspek sebelum memilih franchise dan jangan terburu-buru membuka banyak cabang untuk mengantisipasi perubahan trend atau selera pasar.

5. Sesuaikan dengan Modal yang Kamu Punya

Hitunglah semua modal yang sudah kamu punya, setelah itu baru pilihlah franchise yang sesuai dengan budget. Bila langsung memilih franchise tanpa menyesuaikan budget, kamu akan kesulitan saat kebutuhan tak terduga tiba-tiba muncul. Ada banyak penawaran kredit khusus franchise, tapi kamu juga harus membayar bunga yang tidak sedikit. Siapa juga yang senang dengan banyak hutang akibat bunga besar? Maka pilihlah franchise yang sesuai dengan modalmu. Jika modalmu belum cukup, coba tentukan target pencapaian terlebih dahulu. Seperti bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan modal.

6. Cek Latar Belakang Franchise Pilihanmu

Sebelum memilih franchise, kamu perlu memastikan perusahaan itu memiliki reputasi yang baik. Walaupun produknya kamu sukai, jangan memaksakan diri dengan memilihi franchise dengan reputasi jelek. Ada baiknya kamu melakukan riset ke para pemegang franchise atau bertanya kepada franchisor (pemilik usaha) yang menawarkan bisnis franchise. Karena adanya peluang usaha dan hubungan jangka panjang, kamu akan terus terikat selama minimum lima tahun dengan franchisor.

7. Pahami Proyeksi Keuangan yang Diberikan

Ada banyak dokumen yang bisa kamu analisis saat mempertimbangkan bisnis franchise, salah satunya dokumen berisi data proyeksi keuangan. Ujilah semua asumsi dalam proyeksi keuangan yang disiapkan franchisor, mulai dari harga jual, margin keuntungan, hingga volume penjualan. Bila perlu, kamu dapat menyiapkan waktu dengan memantau beberapa gerai terdekat agar mengetahui kondisi di lapangan.

8. Baca Kontrak Kerja Sama dengan Teliti

Baca semua perjanjian yang tercantum dalam kontrak dan jangan lewatkan hal-hal kecil yang bisa merugikan kamu. Pastikan juga hal apa saja yang dapat mengakibatkan berakhirnya perjanjian atau pemutusan hubungan franchise. Setelah itu, perhatikan aspek-aspek yang terkait dengan pengalihan kepemilikan franchise, hak ahli waris, dan semacamnya. Jika kamu kurang mengerti dengan isi kontrak, jangan ragu untuk meminta bantuan ahli, seperti notaris atau pengacara.

9. Pastikan Jaminan Ada dalam Perjanjian

Bila ada jaminan atau garansi yang diberikan, pastikan semuanya tercantum detail dalam kontrak. Baik itu hal yang bersangkutan dengan kamu ataupun pengelola franchise karena dalam setiap kerja sama selalu ada jaminan atau garansi yang menyangkut semua pihak. Misalnya, jaminan izin menggunakan merek franchise dan jaminan pemilik cabang mendapatkan hak eksklusif.

10. Cari Lokasi yang Strategis

Lokasi yang kamu pilih dapat berpengaruh pada return bisnis lho! Banyak usaha baru yang pelanggannya sedikit karena lokasi mereka sulit dijangkau. Pilih lokasi yang menjadi pusat keramaian sehingga akan mudah digapai. Lakukan survei terhadap beberapa tempat yang menjadi pilihan lokasi franchise. Setelah melihat kondisi tempat, kamu bisa juga memanfaatkan media sosial untuk membantumu menentukan lokasi mana yang paling strategis. Perhatikan juga saingan di sekitar lokasi ya, pastikan peluang perkembangan usahamu cukup besar di daerah tersebut.

Tips Memilih Bisnis Franchise

Punya Uang Banyak, tapi Bingung untuk Apa? Bisnis Franchise Solusinya

Apa itu Franchise?

 Menurut International Franchise Association (IFA), franchise adalah sistem pendistribusian barang atau jasa yang melibatkan franchisor (pemilik waralaba) dan franchisee atau pembeli waralaba.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Waralaba, franchise adalah hak khusus yang dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh pihak lain dengan imbalan berdasarkan perjanjian waralaba.

Sederhananya, franchise adalah metode menjalankan sebuah bisnis dengan merek dagang, nama dagang, produk, dan sistem operasional yang sudah ada sesuai dengan kesepakatan antara pemilik waralaba dengan pembeli waralaba.

 Skema Bisnis Franchise

Bisnis ini terjadi antara franchisor (pemilik waralaba) dan franchisee (pembeli waralaba). Pemilik waralaba memberikan izin untuk menggunakan merek dagang, produk, dan lainnya kepada franchisee.

Untuk bisa mendapatkan hak waralaba, pembeli waralaba harus membayarkan sejumlah biaya seperti biaya kemitraan di awal, biaya administrasi, biaya pelatihan, dan biaya lainnya. Hal terkait biaya yang harus dibayarkan ini bisa kamu tanyakan secara detail kepada pemilik franchise sebelum memutuskan untuk membelinya.

Misalnya, kamu membeli bisnis Es Teh Poci. Bisnis ini sudah memiliki produk, merek dagang, nama dagang, dan sistem bisnisnya sendiri. Lalu, kamu membayarkan sejumlah biaya sesuai kesepakatan agar bisa menjalankan franchise tersebut.

Nah, biasanya, pemilik waralaba akan memberikan pelatihan agar kamu bisa menjalankan bisnis sesuai dengan standar operasional yang sudah ditentukan.

 Kelebihan Bisnis Franchise

Berikut adalah beberapa kelebihan atau keuntungan membeli sebuah bisnis waralaba atau franchise:

1. Brand sudah memiliki reputasi

Salah satu keuntungan membeli bisnis franchise adalah brand dari bisnis yang akan kamu jalankan sudah memiliki nama dan reputasi di masyarakat. Masyarakat sudah mengetahui brand kamu dan produk atau jasa apa yang ditawarkan.

Misalnya, kamu ingin membeli franchise Lion Parcel dari Lion Group. Banyak orang yang sudah mengetahui bahwa LionParcel merupakan salah satu jasa pengiriman barang di Indonesia. Bisnis ini sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 2013, sehingga sudah banyak orang yang tahu bahkan menggunakan jasa brand tersebut.

2. Tidak perlu melakukan branding

Masih berhubungan dengan poin di atas, karena brand sudah dikenal oleh masyarakat dan sudah memiliki reputasi, tentu kamu tidak perlu melakukan terlalu banyak branding atau kegiatan pemasaran produk.

Berbeda apabila kamu memulai bisnis dari nol, yang mana orang-orang belum mengetahui brand kamu, apa yang kamu tawarkan atau jual, keunggulan, dan lain sebagainya. Jadi, kamu hanya perlu fokus mengoperasikan atau menjalankan bisnis tersebut sesuai dengan standar operasional yang sudah ditentukan oleh pemilik waralaba.

3. Risiko gagal bisnis lebih kecil

Keuntungan selanjutnya adalah, risiko gagal dalam bisnis franchise lebih kecil dibandingkan memulai bisnis dari 0. Tentu saja, semua bisnis memiliki resiko gagal.

Namun, bisnis franchise sudah berjalan selama beberapa waktu dan sudah memiliki sistem bisnis dan sistem keuangan yang jelas dan terbukti berhasil. Selain itu, bisnismu juga akan mendapatkan dukungan dari perusahaan induk seperti pelatihan, operasional, hingga pengelolaan keuangan.

4. Mendapat pelatihan untuk mengoperasikan bisnis

Apabila kamu ingin membuka usaha tapi belum punya pengalaman, jangan khawatir. Jika kamu membeli bisnis franchise, kamu akan mendapatkan dukungan pelatihan dari pemilik franchise. Kamu akan dilatih untuk mengoperasikan bisnis sesuai dengan standar operasional yang dimiliki pihak brand.
Dengan pelatihan ini, tentu kamu bisa banyak belajar tentang bisnis. Selain itu, bukan hanya teori, kamu bahkan memiliki pengalaman terjun langsung mengelola bisnis tersebut. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang kamu dapat, mungkin kamu bisa menjalankan bisnismu sendiri di masa depan.

5. Sistem operasional sudah jelas

Kamu tidak perlu menyusun dan melakukan percobaan sistem bisnis atau operasional karena pada umumnya brand-brand tersebut sudah memiliki sistem bisnis yang jelas dan terbukti berhasil. Dengan sistem operasional yang jelas, membuat bisnis ini memiliki risiko kegagalan yang lebih rendah.

 Kekurangan Bisnis Franchise

Berikut merupakan beberapa kekurangan atau kerugian membeli bisnis franchise:

1. Kendali dipegang penuh oleh franchisor

Apabila kamu membeli bisnis franchise, kendali tetap dipegang oleh pemilik usaha waralaba. Mereka akan mengatur bagaimana bisnis tersebut dioperasikan.

Mulai dari jenis produk yang dijual, dimana saja produk tersebut dijual, resep, pemasok, dan hal lainnya sudah diatur oleh franchisor. Jadi, apabila kamu ingin melakukan perubahan terkait bisnis atau produk, mungkin akan sulit.

2. Pembagian keuntungan

Salah satu kekurangan bisnis franchise adalah adanya pembagian keuntungan dengan franchisor. Ini tentu membuat kamu merasa rugi karena harus membagi sekian persen keuntungan yang kamu dapatkan kepada pemilik waralaba.

Tapi, nggak semua franchisor menerapkan sistem pembagian keuntungan. Jadi, jangan lupa untuk menanyakan hal ini saat kamu sedang berdiskusi dengan pemilik waralabanya ya.

3. Free franchisor

Di awal membeli bisnis franchise, kamu perlu membayar beberapa biaya seperti biaya administrasi, biaya pelatihan, dan biaya lainnya. Biaya yang diperlukan bervariasi, tergantung waralaba yang ingin kamu beli.

Oleh karena itu, apabila kamu memiliki modal terbatas, kamu bisa mencari usaha waralaba dengan harga yang sesuai dengan modal yang kamu miliki.

4. Reputasi bisnis mudah terpengaruh

Umumnya, bisnis waralaba sudah memiliki banyak cabang di berbagai daerah. Hal ini baik, tapi bisa saja memengaruhi cabang lainnya.

Misalnya, bisnis waralaba X di cabang A memiliki rasa makanan dan pelayanan yang buruk. Tentunya ini akan membuat pelanggan berasumsi bahwa brand X di cabang manapun memiliki rasa makanan dan pelayanan yang buruk.

Atau, jika salah satu cabang menyebabkan masalah yang membuat reputasi brand turun, hal ini juga akan mempengaruhi bisnis yang kamu kelola.

5. Ruang untuk berinovasi terbatas

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bisnis waralaba kendalinya dipegang oleh franchisor atau pemilik waralaba. Biasanya, mereka mengatur hampir semua hal termasuk pemasok. Mereka sudah memiliki sistem yang tersusun dan sudah terbukti berhasil. Maka dari itu, apabila kamu ingin berinovasi, akan lebih sulit dibandingkan menjalankan bisnis sendiri.

Misalnya, kamu ingin menambah menu minuman baru, maka hal ini harus melalui persetujuan pemilik waralaba. Atau, biasanya pemilik bisnis waralaba sudah memiliki pemasok bahan bakunya sendiri, apabila kamu menemukan pemasok lebih murah dengan kualitas yang sama dan ingin beralih, maka tidak bisa. Karena hal ini sudah diatur oleh pemilik waralaba.

Waspadai Bisnis MLM Berkedok Penipuan

Waspadai Bisnis MLM Berkedok Penipuan

Multi Level Marketing (MLM) pada dasarnya adalah usaha legal yang baik. Tidak sedikit orang yang sukses menjalankan bisnis network marketing ini jika disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Dengan perkembangan teknologi informasi, MLM juga saat ini terwujud dalam bentuk affiliate marketing (biasanya berupa penjualan software, ebook online, virtual products, dll). Keduanya dijalankan secara berjenjang alias multi level. Hanya saja dalam affiliate marketing, member hanya mendapat bonus sekali dari setiap pembelian / penjualan produk, sementara dalam MLM, member bisa memperoleh berbagai macam bonus.

Saking bermanfaatnya, bisnis MLM bahkan menjadi salah satu bisnis andalan masyarakat yang membantu menggerakkan roda ekonomi Amerika.

Meskipun demikian, perlu disadari bahwa tidak semua bisnis MLM itu baik. Tidak sedikit pula bisnis MLM dan affiliate marketing yang menjalankan penipuan pyramid (Pyramid Scheme atau yang biasa disebut arisan berantai) yang sebetulnya merupakan bisnis illegal. Tipuan Piramid dijalankan dengan mewajibkan para member menyetor dana. Lalu untuk mendapatkan bonus, para member harus merekrut member (atau downline, nasabah, investor) lainnya,…demikian seterusnya. Biasanya investasi ini tidak melibatkan penjualan produk, melainkan melibatkan uang.

MLM legal dan tipuan piramid memiliki kemiripan dalam pelaksanaan bisnisnya sehingga masyarakat awam banyak yang tertipu. Dengan banyaknya korban yang berjatuhan, tipuan pyramid menjadi bisnis terlarang di berbagai negara. Akan tetapi para penipu tetap mencari berbagai cara untuk menipu lebih banyak korban. Mereka menyamarkan bisnis tipuannya dengan rapi dalam bentuk aneka bisnis MLM ataupun affiliate marketing. Mereka menawarkan produk akan tetapi bisa berupa:

  1. Produk murah, tetapi sampah alias tidak bermanfaat (biasanya dalam bentuk software atau ebook).  Software atau ebook tersebut biasanya bersifat bombastis seperti: menjadikan website Anda seperti ATM, cara mudah untuk mendapatkan keuntungan online, cara cepat menjadi sukses dan kaya lewat bisnis online, cara mudah untuk sukses bisnis property, serta aneka software yang mereka klaim sangat bagus, tetapi pada dasarnya tidak laku dijual.  Susahnya lagi, Anda tidak bisa mencoba produk-produk tersebut sebelum membelinya,
  2. Produk mahal, tetapi tidak berkualitas. MLM yang menyamar dalam bentuk MLM resmi biasanya menjual produk mahal tetapi tidak fokus dalam penjualan produk. Mereka menawarkan produk, tetapi sebenarnya mereka mengincar uang calon member dengan menawarkan produk sampah yang mahal tersebut. Sekilas bonus sepertinya diperoleh dari penjualan produk. akan tetapi dengan harga yang sangat mahal sementara produknya biasa saja, perusahaan MLM jenis ini pada dasarnya menjalankan tipuan piramid.

Dalam kenyataannya, bisnis MLM gadungan masih sangat marak di Indonesia. Bisa jadi karena rendahnya pemahaman masyarakat awam ditambah minat berinvestasi dan berwirausaha semakin tinggi. Biasanya bisnis ini berkembang di kalangan pertemanan atau keluarga. Sering juga diadakan dalam bentuk seminar, atau pertemuan. Akhir-akhir ini, dengan perkembangan teknologi, bisnis ini menjerat para korban melalui media sosial, seperti e-mail, facebook, website dan aneka jejaring sosial lainnya untuk menjerat lebih banyak korban.

Sebagaimana sudah terjadi dalam banyak kasus bisnis MLM dengan tipuan piramid, member yang mendaftar akan semakin berkurang dan uang yang masuk semakin sedikit sehingga tidak bisa membayar komisi untuk member / downline yang telah terlebih dahulu bergabung. Pada akhirnya, mereka yang ikut bisnis ini kebanyakan akan berakhir rugi, bukannya untung..

Sayangnya, pemerintah Indonesia belum jeli  dalam hal ini sehingga bisnis tipuan ini masih marak dan sering menimbulkan kerugian serta keresahan masyarakat. Jika usaha ini dijalankan oleh perusahaan yang berasal dari luar negeri, tidak dapat dihindarkan lagi bahwa akan terjadi pelarian modal besar-besaran ke luar negeri dalam berbagai bentuk seperti bentuk uang pendaftaran member/downline, uang keanggotaan tahunan, serta pembelian paket produk yang juga tidak sedikit. Bisnis ini membuka peluang bagi perusahaan asing untuk mengeruk uang rakyat secara ilegal.

Berdasarkan panduan di berbagai negara, Anda harus sudah mulai waspada akan bisnis arisan berantai atau tipuan piramid jika:

  1. Ditawari untuk bergabung ke suatu bisnis dimana Anda harus merekrut orang lain agar memperoleh pendapatan (bonus),
  2. Tidak ada produk atau jasa yang ditawarkan. Kalaupun ada biasanya sangat mahal dibanding produk sejenis yang ada di pasaran,
  3. Bisnis tersebut mungkin juga termasuk menjual atau menawarkan produk yang bertujuan untuk menyamarkan tipuan piramid (arisan berantai). Dalam bisnis piramid, biasanya mereka lebih tertarik mebicarakan ‘peluang bisnis’ dibanding produknya. Sekali lagi mereka hanya mengincar uang Anda.

Biasanya mereka mati-matian mengklaim bisnisnya sebagai bisnis yang ‘legal dan resmi’ dengan menunjukkan surat-surat NPWP, SIUP, TDP dan lain-lain. Dokumen-dokumen tersebut hanyalah dokumen standar untuk mendirikan suatu usaha, tetapi bukanlah penentu legal tidaknya operasional usaha tersebut. Perusahaan dengan bisnis yang legal dan resmi harus terdaftar di APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia).

Kenali Bisnis MLM dan Ciri-cirinya

Kenali Bisnis MLM dan Ciri-cirinya

Pengertian Bisnis MLM

Bisnis MLM atau singkatan dari Multi Level Marketing adalah strategi pemasaran yang saling berkaitan maupun berantai, dimana tenaga penjualnya yaitu sales tidak hanya mendapatkan kompensasi atas penjualan yang dihasilkan, tetapi juga mendapatkan kompensasi atas hasil penjualan sales lain yang mereka rekrut.

MLM juga dikenal karena memiliki sistem piramida sebagai sistem penjualannya. Dalam sistem piramida tersebut, ada istilah anggota “upline” maupun “downline”, yaitu ketika orang melakukan penjualan produk sesuai dengan urutan rekrutan atau pendaftaran. Untuk anggota upline, maka diharuskan mencari anggota downline sebanyak-banyaknya agar memeroleh bonus maupun penghasilan berlipat. Sedangkan anggota downline merupakan tenaga penjual yang direkrut oleh anggota upline.

MLM juga dapat diartikan sebagai sebuah konsep pemasaran dengan cara memberikan kesempatan pada konsumen maupun pelanggan untuk dapat ikut serta sebagai penjual serta memeroleh keuntungan melalui garis kemitraan MLM.

Dalam bisnis MLM, semakin banyak member atau anggota yang terlibat maka jangkauan bisnis MLM pun akan melebar. Sehingga dapat menaikan omset perusahaan serta menghasilkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, perusahaan MLM akan bersedia untuk memberikan komisi kepada member atas member baru yang berhasil direkrut.

Selain istilah MLM, bisnis ini juga biasa disebut dengan penjualan piramida, pemasaran jaringan, pemasaran berantai, networking marketing, multi generation marketing maupun uni level marketing.

Selain pengertian MLM secara umum, beberapa ahli juga turut mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian MLM. Salah satunya ada ahli yang berpendapat bahwa MLM merupakan sebuah sistem pemasaran modern yang diterapkan melalui jaringan distribusi dan dibangun secara permanen dengan memposisikan pelanggan sekaligus sebagai tenaga pemasarannya.

Ada juga ahli yang berpendapat bahwa MLM adalah metode bisnis alternatif yang memiliki hubungan dengan pemasaran serta distribusi dan dilakukan melalui banyak tingkatan level atau biasa disebut sebagai upline dan downline.

Ciri-ciri Bisnis MLM yang Baik

Bisnis MLM kini telah menjamur dan marak digunakan oleh berbagai macam perusahaan. Namun, karena saking banyaknya, maka tak banyak orang yang dapat mengetahui jenis MLM yang baik untuk diikuti. Kamu perlu mengetahui ciri-ciri bisnis MLM yang baik agar tidak tertipu bisnis MLM yang baik.

Berikut adalah ciri-ciri bisnis MLM yang baik, simak penjelasannya.

1. Memiliki Produk ataupun Jasa untuk Dijual

Ciri-ciri pertama adalah bisnis MLM tersebut harus memiliki produk maupun jasa untuk dijual. Produk yang dijual harus merupakan produk yang memiliki kualitas bagus atau tidak asal-asalan. Apabila ada penawaran bisnis MLM yang hanya mengandalkan uang saja, maka sebaiknya tawaran tersebut tidak diterima sebelum ditelusuri lebih lanjut, karena dapat berindikasi sebagai penipuan.

2. Memiliki Perusahaan yang Terdaftar

Bisnis MLM juga merupakan bisnis yang tidak sembarangan atau asal, sehingga perusahaan yang menerapkan bisnis MLM pasti memiliki perusahaan yang terdaftar dengan jelas. Contohnya seperti perusahaan tersebut terdaftar di Asosiasi Penjual Langsung Indonesia atau APLI. Selain terdaftar di APLI, perusahaan MLM juga memiliki badan hukum yang jelas seperti Perseroan Terbatas (PT) dan memiliki kantor perwakilannya. Perusahaan MLM pun harus jelas alamatnya maupun nomor telepon yang dapat dihubungi.

3. Harga Produk Masuk Akal

Perusahaan yang menerapkan sistem bisnis MLM pun akan memberikan harga yang wajar untuk produknya dan sesuai dengan kualitas produk tersebut.

Apabila produk yang dijual memiliki kualitas bagus dengan bahan dasar yang berkualitas pula, maka wajar apabila perusahaan memberikan harga yang cukup mahal. Namun, begitu pula sebaliknya apabila harga yang dipatok oleh perusahaan tersebut mahal namun kualitas produk biasa saja maka bisnis MLM tersebut perlu dicurigai.

4. Mendapat Untung yang Sesuai

Sistem dari bisnis MLM ini tidak ditentukan dari siapa orang yang bergabung duluan maupun belakangan bergabung dengan bisnis tersebut. Sehingga yang menentukan hasil keuntungan yang didapat oleh setiap anggota adalah usahanya dalam memasarkan produk maupun menggaet distributor lainnya.

5. Keanggotan Upline Dapat Membimbing Downline

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem bisnis MLM memiliki keanggotaan yang dinamakan upline maupun downline. Anggota akan disebut sebagai upline apabila telah berhasil menarik atau mendapatkan distributor lain sebagai anggota baru.

Tujuan Bisnis MLM

Bisnis MLM memiliki tujuan yang tentu ingin dicapai oleh perusahaan maupun setiap anggota yang bergabung. Salah satunya adalah mendapatkan keuntungan, sehingga dapat memeroleh balik modal yang dikeluarkan untuk melakukan bisnis MLM ini.

Selain itu, metode bisnis MLM juga ditujukan untuk dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dengan di acara, yaitu sebagai berikut.

Meningkatkan pemasukan, perusahaan dapat meningkatkan pemasukan dengan cara meningkatkan laba serta omset penjualan.
Mengurangi pengeluaran, ada dua cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi pengeluarannya yaitu dengan memindahkan produk lebih dekat ke pelanggan, sehingga biaya kirim yang dikeluarkan tidak akan terlalu banyak. Kedua dengan merekrut tenaga penjualan berdasarkan komisi yang diberikan.

Sistem bisnis MLM memiliki tujuan yang sama dengan sistem marketing lainnya. Sama halnya dengan sistem marketing lain, MLM juga memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan maupun mencapai kesuksesan yang bersifat obyektif di mata perusahaan serta anggotanya.

Cara Menentukan Harga Jual Bisnismu

Cara Menentukan Harga Jual Bisnismu

Berikut cara menentukan harga jual yang bisa kamu terapkan dalam bisnis:

1. Menentukan Harga Berdasarkan Biaya (Cost-based Pricing)

Cara menentukan harga jual yang satu ini dilakukan berdasarkan biaya yang sudah kamu keluarkan untuk suatu produk ditambah keuntungan yang kamu inginkan. Biaya ini termasuk bahan-bahan dan biaya operasional bisnis lainnya seperti listrik, gaji karyawan, transportasi, biaya promosi atau iklan, dan sebagainya. Ini artinya kamu harus benar-benar paham berapa banyak biaya produksi yang kamu habiskan. Setelah kamu menghitung jumlah biaya produksi yang dikeluarkan, jumlah ini ditambahkan dengan berapa persen keuntungan yang ingin kamu dapatkan dari jualan online.

Contoh:

Kamu ingin menjual aksesoris anak. Dalam proses pembuatan 10 aksesoris, kamu membutuhkan 100 ribu untuk bahan-bahan, dan 50 ribu untuk biaya operasional.

Maka biaya produksi yang kamu keluarkan adalah sebesar 150 ribu rupiah. Jika kamu menginginkan keuntungan sebesar 20%, maka cara menentukan harga jual produk kamu adalah:

150.000 + (20% x 150.000) = 180.000 per 10 produk

Jadi, harga jual per produk adalah 180.000 : 10 = 18.000

Jika kamu membeli barang jadi kepada supplier, kamu tinggal menambahkan harga beli dengan keuntungan yang kamu inginkan (harga mark up).

Kamu juga bisa memasukkan biaya operasional yang kamu keluarkan dari mark up ini.

Contoh:

Kamu membeli sepuluh kaos dengan harga 500 ribu, untuk membeli kaos ini, kamu mengeluarkan ongkos transportasi sebanyak 20 ribu.

Di sini, modal yang sudah kamu keluarkan yaitu sebesar 520 ribu. Jika kamu menginginkan keuntungan sebesar 100 ribu, maka harga per kaos adalah:

(520.000 + 100.000) : 10 =62.000

Kekurangan dari metode ini yaitu tidak mempertimbangan permintaan dari pelanggan dan kompetisi harga di pasar.

Padahal, kedua faktor ini juga penting dalam memengaruhi harga produk.

2. Menentukan Harga Berdasarkan Kompetisi (Competition-based Pricing)

Strategi lainnya dalam menentukan harga produk yaitu dengan melihat kompetisi harga di pasar.

Dengan mengetahui harga dari para pesaing, kamu setidaknya sudah memiliki patokan harga. Ini bukan berarti kamu harus memberikan harga yang sama seperti harga yang ditawarkan pesaing.

Jika produk kamu lebih berkualitas, memiliki kemasan yang menarik dan berguna (misalnya menggunakan tote bag sebagai pengemas barang jualan kamu), atau website toko online kamu mudah diakses dan memberi banyak kemudahan pada pelanggan, kamu pantas menetapkan harga jual sendiri yang lebih tinggi.

Kekurangan dari metode ini adalah kamu akan mengabaikan biaya produksi jika terlalu fokus dengan harga yang ditetapkan pesaing. Kamu juga akan menghabiskan banyak waktu untuk melakukan riset pasar.

3. Menentukan Harga Berdasarkan Pelanggan (Customer-based Pricing)

Dalam metode ini, cara menentukan harga jual produk yang ditentukan adalah berdasarkan pada persepsi pelanggan terhadap produk kamu.

Untuk melakukan metode ini, kamu perlu melakukan survei pelanggan. Kamu bisa melakukan wawancara atau memberi kuisioner dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:

Apakah pelanggan berasumsi bahwa harga menggambarkan kualitas produk?
Apakah pelanggan merasa uang yang dihabiskan sepadan nilai yang diterima?
Apakah pelanggan lebih mementingkan prestise dibanding harga?

Survei ini bisa membantu kamu menentukan harga produk yang kamu jual.

Kekurangan dari metode ini adalah kamu akan mengabaikan biaya produksi juga kompetisi harga jika terlalu fokus pada pelanggan.

4. Harga Margin

Kamu juga bisa menggunakan harga margin dalam menentukan harga jual produk. Ini adalah harga jual produk yang ditentukan berdasarkan jumlah produksi dan perkiraan profit yang akan diambil.

Misalnya, kamu membuka bisnis makanan dengan modal Rp15.000 dan ingin menjualnya seharga Rp18.750, maka cara menghitungnya, yakni:

Margin = (Harga jual-biaya produksi) / harga jual

Margin = (18,750 IDR – 15,000 IDR) / 18,750 IDR
Margin = 0.2 atau 20%

5. Harga Keystone

Ini merupakan cara menentukan harga jual yang dilakukan dengan menjumlah 2 x harga grosir atau biaya perolehan produk.

Sekilas, harga keystone mirip dengan harga markup, tetapi biasanya markup memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Bahkan, ada yang jumlahnya mencapai 100%.

Biasanya, penetapan harga dengan metode keystone banyak digunakan oleh department store. Penetapan harga jual produk keystone tak hanya demi keuntungan semata.

Namun, biasanya karena ada faktor seperti barang yang tidak laku akan diretur, lalu menghasilkan stok barang berlebihan atau tidak bisa dijual.

Contohnya, kamu ingin menjual pakaian seharga Rp100.000, kamu pun dapat menentukan harga jual produk menjadi Rp200.000 jika menggunakan metode keystone ini.

Jika ingin menerapkan metode ini, pastikan kamu mempertimbangkan segala aspek sehingga bisnismu tetap memiliki pelanggan.

Misalnya, kamu telah memastikan produk yang kamu jual memiliki kualitas yang bagus sehingga menarik minat target pasar.

WeCreativez WhatsApp Support
CS kami siap membantu anda..